Larangan memakai pakaian secara isbal

     Ketika saya nyantri dulu, biasanya seorang santri di anggap senior dan mendalam ilmunya oleh teman-temannya kalau dia berpenampilan nyalap, di ambil dari kata salaf yang berarti dahulu, yang semakna dengan ‘atiq yang berarti kuno, yaitu dengan sikap bertekun diri, berpakaian mlutu’ atau kumel, nyunnah (dari sunnah) dan mencingkrangkan sarungnya. Kemudian terkhususkan tentang mencingkrangkan tersebut sebenarnya bagaimana ilmunya, bagaimana hukum tentangnya yang telah di ijtihadkan oleh para imam-imam kita terdahulu, silahkan menyimak penjelasan berikut yang merupakan terjemahan dari tulisan saya tentang permasalahan tersebut, selamat menyimak.
     Diharomkan bagi laki-laki meng-isbal-kan bajunya, yaitu memanjangkan dan menjulurkannya kebawah hingga melebihi mata kaki, karena sombong, sebagaimana hadits-hadits berikut;
عن ابن عمر: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لا ينظر الله إلى من جرّ ثوبه خيلاء. رواه البخاري مختصرا
Dari ibni ‘umar: bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Alloh tidak memandang kepada orang yang melabuhkan pakaiannya karena sombong. HR. Bukhori secara ringkas.
وعن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لا ينظر الله يوم القيامة إلى من جرّ إزاره بطرا. رواه البخاري ومسلم
Dan dari Abi Huroiroh: bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Alloh tidak memandang pada hari kiamat nanti, orang yang melabuhkan sarungnya karena sombong. HR. Bukhori dan Muslim
وعن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار. رواه البخاري
Dan dan dari Abi Huroiroh, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya Beliau bersabda: Apa yang dibawah mata kaki dari sebuah sarung maka didalam neraka. HR. Bukhori
وعن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم، قال: فقرأها رسول الله ثلاث مرارا، قال أبو ذر: خابو وخسروا، من هم يا رسول الله؟ قال: المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب. رواه مسلم
Dan dari Abi Dzar, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya Beliau bersabda: Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat, tidak dilihat, dan tidak pula disucikan serta baginya adzab yang sangat pedih,  Abu Dzar berkata : Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam mengucapkannya tiga kali, Kemudian Abu Dzarr bertanya : Sungguh sangat jelek dan meruginya mereka, siapa mereka ya Rosulallah? Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam menjawabmereka yang melakukan isbal, orang yang gemar mengungkit-ungkit kebaikan yang telah diberikan, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu. HR. Muslim
وعن المغيرة بن شعبة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا سفيان بن سهل! لا تسبل، فإن الله لا يحب المسبلين. رواه ابن ماجة بإسناد حسن
Dan dari al-Mughiroh bin syu’bah, dia berkata: bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam: Wahai Sufyan bin sahl! Jangan kau isbal-kan, karena sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang mengisbalkan pakaiannya. HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan.
     Pengharoman diatas dibatasi karena sombong, Ibnu Atsir berkata: al-khuyala’ dengan di dhommah huruf kho’ nya, juga bisa dibaca kasroh, yaitu bermakna sombong dan ta’jub. An-Nawawi berkata: para Ulama’ mengatakan: al-khuyala’ dengan dibaca panjang, sedang kata al-makhilah, al-bathor, al-kibr, az-zahw dan at-tabakhtur semua bermakna satu. An-Nawawi mengatakan lagi: Adapun hadits-hadits yang bersifat mutlak, yang menjelaskan bahwa apa yang dibawah mata kaki adalah di neraka, maka maksudnya adalah jika dia karena sombong, karena itu bersifat mutlak maka wajib membawanya kepada yang terbatas, wallohu a’lam. Beliau berkata lagi: sedang arti dari “ Alloh tidak memandang kepadanya adalah Dia tidak merahmatinya. Kemudian adz-Dzahabi, al-Asqolani dan lainnya menjelaskan bahwa isbal termasuk dari dosa-dosa besar.
     Kalau tidak karena ada unsur kesombongan maka dimakruhkan, karena Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengangkatnya, riwayat-riwayat yang menjelaskannya akan disebutkan setelah ini, hal tersebut telah diriwayatkan dari umar dan anaknya rodhiyallohu ‘anhuma, asy-syafi’i telah mengisyaratkan perbedaan keduanya dalam mukhtashor al-buwaithi, dan kebanyakan para ulama mengatakan seperti itu. Sedang ibnu abdulbarr mengatakan: Barang siapa menyeret sarungnya bukan karena sombong maka dia tidak termasuk dalam ancaman tersebut. Akan tetapi dia mengatakan lagi: bahwa menyeret sarung, gamis, maupun aneka macam pakaian lainnya itu di cela dalam setiap keadaan. Ibnul ‘arobi mengatakan: Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-laki memakai pakaiannya melebihi mata kaki, meskipun dia mengatakan: aku menyeretnya bukan karena sombong.
Ada pendapat lain (wajh) yaitu dari ibnu hajar al-asqolani, yang mengatakan bahwa keharoman tersebut bersifat mutlak, apakah karena sombong maupun tidak, beliau berlandaskan hadits jabir bin sulaim yang menyebutkan bahwa orang yang menyeretnya termasuk dalam kesombongan, dan pendapat ini juga dikatakan oleh sebagian ahli hadits lainnya, wallohu a’lam.
     Pakaian yang kami katakan disini adalah segala macam bentuk pakaian seperti sarung, celana, gamis, surban maupun lainnya, hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari abdulloh bin ‘umar rodiyallohu ‘anhuma,
عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الإسبال في الإزار والقميص والعمامة، من جرّ منها شيئا خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة. رواه أبو داود والنسائي بإسناد صحيح
Dari ibnu ‘umar dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: Isbal pada sarung, gamis dan surban, barang siapa menyeret sesuatu darinya karena sombong, maka tidak akan melihatnya pada hari kiamat. HR. Abu dawud dan an-Nasa’i dengan sanad yang shohih.
     Tidak mengapa hal tersebut jika dilakukan dengan tanpa sengaja, sebagaimana hadits berikut,
روي عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من جرّ ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة، قال أبو بكر: يا رسول الله، إن أحد شقّى إزاري يسترخى إلا أن يتعاهد ذلك منه، فقال النّبي صلى الله عليه وسلم: لست ممّن يصنعه خيلاء. رواه البخاري
Telah diriwayatkan dari ibnu umar, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda: Barang siapa menyeret pakaiannya karena sombong maka Alloh tidak akan memandangnya di hari kiamat, abu bakar bertanya: Wahai Rosulalloh, sesungguhnya salah satu sisi sarungku menjulang ke bawah kecuali kalau aku jaga benar-benar, maka Nabi bersabda: engkau tidak termasuk diantara orang-orang yang melakukannya karena sombong. HR. Bukhori
وعن أبي بكر رضي الله عنه قال: خسفت الشمس ونحن عند النبي صلى الله عليه وسلم فقام يجرّ ثوبه مستعجلا حتى أتى المسجد، وثاب الناس فصلّى ركعتين فجلِّي عنها. رواه البخاري
Dan diriwayatkan dari abi bakr rodhiyallohu ‘anh, dia berkata: Ketika terjadi gerhana matahari kami bersama Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, kemudian Beliau berdiri sambil menyeret pakaiannya dengan tergesa-gesa sampai ke masjid, dan orang-orang sudah berkumpul, lalu Beliau sholat dua rakaat hingga matahari tampak kembali. HR. Bukhori
Hal tersebut juga diriwayatkan dari abdulloh bin mas’ud, wallohu a’lam.
     Disunnahkan meninggikannya hingga sebatas setengah dari betisnya, dan diperbolehkan diantara tengah betis tersebut dan mata kakinya, sebagaimana hadits berikut,
عن ابن عمر، قال: مررت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وفي إزاري استرخاء فقال: يا عبد الله ارفع إزارك فرفعته، ثم قال: زد فزدته، فما زلت أتحراها بعد فقال بعض القوم: إلى أين، فقال: أنصاف الساقين. رواه مسلم
Dari ibnu umar, dia berkata: Aku pernah melewati Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, sementara kain sarungku terjurai (sampai ke tanah), kemudian beliau bersabda: wahai Abdulloh, naikkan sarungmu! maka akupun langsung menaikkannya, kemudian Beliau bersabda: naikkan lagi! maka akupun menaikkannya lagi, setelah itu aku selalu menjaga agar kainku setinggi itu, ada beberapa orang yang bertanya: sampai di mana batasnya? Dia (ibnu Umar) menjawab: sampai pertengahan kedua betis. HR. Muslim
وعن عبد الرحمن، قال: سألت أبا سعيد الخدريّ عن الإزار، فقال: على الخبير سقطتَ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أُزْرة المسلم إلى أنصاف الساق، ولا حرجَ – أو لا جناح - فيما بينه وبين الكعبين، وما كان أسفل من الكعبين فهو في النار، ومن جرّ إزاره بطر لم ينظر الله إليه. رواه أبو داود وابن ماجة بإسناد صحيح
Dan dari abdirrohman, berkata: aku bertanya kepada aba sa’id al-khudri tentang masalah sarung, lalu dijawab olehnya: engkau bertanya kepada orang yang tepat, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: Sarung seorang muslim sebatas setengah betis, dan tidak berdosa -tidak mengapa- antara batas setengah betis hingga dua mata kaki, dan apa-apa yang ada di bawah kedua mata kaki adalah di neraka, dan barangsiapa menjulurkan sarungnya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya. HR. Abu dawud dan Ibnu majah dengan sanad shohih
وعن أبي جُريّ جابر بن سُليم عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: وارفع إزارك إلى نصف الساق، فإن أبيت فإلى الكعبين، وإياك وإسبال الإزار فإنها من المخيلة، وإن الله لا يحب المخيلة. رواه أبو داود وروى الترمذي بعضه، وقال: هذا حديث حسن صحيح
Dan dari juriyy jabir bin sulaim, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda: Angkatlah sarungmu sampai setengah betis, jika engkau tidak suka maka angkatlah hingga di atas kedua mata kaki, takutlah sesungguhnya memanjangkan sarung termasuk kesombongan, dan Alloh tidak menyukai orang yang sombong. HR. Abu dawud dan sebagiannya oleh atTirmidzi, dan dia berkata: hadits ini hasan shohih.
وعن حذيفة، قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بعضلة ساقي أو ساقة فقال: هذا موضع الإزار فإن أبيت فأسفل، فإن أبيت فلا حق للإزار في الكعبين. رواه الترمذي وابن ماجة، وقال الترمذي: هذا حديث حسن صحيح
Dan dari hudzaifah, berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam memegang otot betisku atau betisku, lalu bersabda: ini letak kain sarung, jika engkau enggan maka boleh lebih bawah lagi, jika engkau masih enggan juga, maka tidak ada hak bagi sarung pada mata kaki. HR. at-Tirmidzi dan Ibnu majah, at-Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan shohih.
وعن أشعث عن عمته عن عمها، قال: إني لبسوق ذي المجاز على بردة لي ملحاء أسحبها فطعنني رجل بمخصرة فقال: ارفع إزارك فإنه أنقى وأبقى، فنظرت فإذا رسول الله صلى الله عليه وسلم، فنظرت فإذا إزاره إلى إنصاف ساقيه. رواه أحمد بإسناد صحيح
Dan dari asy’ats, dari bibi’nya, dari pamannya, dia berkata: Aku berada di pasar Dzil Majaz mengenakan burdah bergaris-garis hitam dan putih milikku, aku menyeretnya, lalu seorang laki-laki menekanku dengan tongkatnya, sambil berkata: angkatlah sarungmu, itu lebih awet dan lebih bersih, kemudian aku memandang, ternyata dia adalah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu aku memandang ternyata sarung beliau sampai pertengahan kedua betis Beliau. HR. Ahmad dengan sanad yang shohih.
وعن القاسم بن عبد الرحمن حدثهم عن عمرو بن فلان الأنصاري قال: بينا هو يمشي إذ أسبل إزاره إذ لحقه رسول الله صلى الله عليه وسلم وقد أخذ بناصية نفسه وهو يقول: اللهم عبدك وابن عبدك ابن أمتك، قال عمرو: فقلت يا رسول الله أني رجل حمش الساقين، فقال: يا عمرو إن الله عز وجل قد أحسن كل شيء خلقه، يا عمرو وضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم بأربع أصابع من كفه اليمنى تحت ركبة عمرو فقال: يا عمرو هذا موضع الإزار، ثم رفعها ثم ضرب بأربع أصابع تحت الأربع الأول ثم قال: يا عمرو هذا موضع الإزار، ثم رفعها ثم وضعها تحت الثانية، فقال: يا عمرو هذا موضع الإزار. رواه أحمد، ورواه الطبراني عن أبي أمامة، وقال الهيثمي: ورجاله ثقات.
Dan dari al-qosim bin abdurrohman, dia menceritakan kepada mereka tentang amr bin fulan al-anshori dengan mengatakan: ketika dia berjalan dengan mengisbalkan sarungnya, tiba-tiba Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menghampirinya, dan Beliau telah meletakkan tanganya pada ubun-ubun beliau sambil berkata: ya Allah, hambamu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak hamba perempuan-Mu! Amr berkata: wahai Rosululloh! sesungguhnya aku seorang yang betisnya kurus kering, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: wahai ‘Amr, sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan baik seluruh ciptaan-Nya! Wahai ‘amr, sambil Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam meletakkan empat jari dari telapak kanannya tepat di bawah lutut ‘Amr, kemudian bersabda: wahai ‘Amr, inilah tempatnya sarung, kemudian beliau mengangkat empat jarinya, dan meletakkannya kembali di bawah tempat yang pertama, sambil bersabda: wahai ‘Amr, inilah tempatnya sarung, kemudian Beliau mengangkat empat jarinya lagi, dan meletakkannya kembali di bawah tempat yang kedua, sambil bersabda: wahai ‘Amr, inilah tempatnya sarung. HR. Ahmad, at-Thobaroni meriwayatkannya dari abi umamah dan berkata al-haitsami: perowinya terpercaya.
وعن الشريد، قال: أبصر رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يجر إزاره، قال: ارفع إزارك واتق الله، قال: إني أحنف تصتك ركبتاى، قال: ارفع إزارك فكل خلق الله حسن، قال: فما رؤى ذلك الرجل إلا يصيب انصاف ساقيه. رواه أحمد والطبراني، وقال الهيثمي: ورجاله صحيح.
Dan dari asy-syarid, berkata: Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang menyeret sarungnya, kemudian Beliau bersabda: angkatlah sarungmu dan bertaqwalah kepada Alloh, kemudian dia menjawab: sesungguhnya aku seorang yang memiliki kaki yang bengkok dan kedua lututku tidak stabil ketika berjalan, kemudian dijawab kembali oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam: angkatlah sarungmu karena semua ciptaan Alloh adalah bagus, kemudian periwayat mengatakan: setelah kejadian tersebut tidak terlihat pada laki-laki tersebut melainkan pakaiannya terangkat setengah betis. HR. Ahmad dan ath-Thobaroni, al-Haitsami berkata: perowinya shohih.
Selain hadits-hadits diatas, ada riwayat lain yang menjelaskan hal tersebut, yaitu:
ما روي عن أبي جحيفة، قال: وعلى رسول الله صلى الله عليه وسلم حلّة حمراء، كأني أنظر إلى بريق ساقيه. رواه الترمذي، وقال: حديث حسن صحيح.
Hadits yang diriwayatkan dari abi juhaifah, dia berkata: Aku melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam memakai pakain berwarna merah, dan seakan-akan aku melihat cahaya kedua betis Beliau. HR. at-Tirmidzi, dia berkata: hadits ini hasan shohih.
Dan hal tersebut telah diriwayatkan dari ‘umar, ‘ali, ibnu ‘abbas, anas, usamah bin zaid, abi sa’id, ibnu ‘umar, zaid bin arqom, al-barro’ bin ‘azib, ibnu sirin, maimun dan lainnya.
     Diperbolehkan bagi para wanita meng-isbal-kan pakaiannya ke tanah karena hal tersebut akan lebih menutupinya, ibnul madzhaji dan al-munawi dari ashhabusy syafi’iyyah mengatakan: yaitu sebatas menutupi kedua tumitnya. hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari ibnu ‘umar rodhiyallohu ‘anhuma:
عن ابن عمر، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من جرّ ثوبَه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة، فقالت أم سلمة: فكيف يصنعن النساء بذيولهن؟ قال: يرخين شبرا، فقالت: إذا تنكشف أقدامهن، قال: فيرخينه ذراعا لا يزدن عليه. رواه أبو داود والترمذي وابن ماجة، وهذا لفظ الترمذي وقال: هذا حديث حسن صحيح.
Dari ibnu umar, berkata: Rosululloh bersabda: Barang siapa yang menyeret sarungnya karena sombong, maka Alloh tidak melihat kepadanya pada hari kiamat, kemudian ummu salamah bertanya: bagaimana yang musti dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaiannya? Beliau menjawab: diturunkan sejengkal, ummu salamah berkata: kalau demikian terlihat tumit mereka. Beliau menjawab lagi: direndahkan lagi sehasta tidak lebih dari itu. HR. Abu dawud, at-Tirmidzi dan ibnu majah, ini adalah lafadz at-Tirmidzi dan dia mengatakan: hadits ini hasan shohih.
Dan yang demikian telah diriwayatkan dari para istri-istri Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, juga fathimah, bahwa mereka mengamalkannya, semoga Alloh meredho’i mereka semua.
ونسأل الله أن يهدينا الصراط المستقيم وأن يوفقنا لقبوله وسلوكه فإنه خير المسؤل، آميـن.