Posisi Asy’ariyyah dan para Ashhabnya dalam aqidah Ahlissunnah wal jama’ah


     As-Sunnah adalah jalan yang ditempuh oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam serta para Shohabat-Nya rodhiyallohu ‘anhum ajma’in, maka menjadi satu keluarga dalam lingkup ahlissunnah wal jama’ah adalah keyakinan bagi mayoritas kaum muslimin agar selamat dari setiap penyimpangan dan bid’ah, karena hal inilah setiap orang maupun kelompok saling mengklaim bahwa merekalah ahlussunnah tersebut, diantara mereka yang termasyhur adalah pengikut ahmad bin hambal disatu sisi dan pengikut abulhasan al-asy’ari disisi yang lain, sedang dinegeri kita ini mayoritas adalah pengikut al-asy’ari, bahkan ada diantara mereka yang fanatik mengatakan bahwa ahlussunnah adalah asya’iroh (pengikut al-asy’ari) dan bukan yang lainnya, diantara yang menguatkan kefanatismean mereka adalah ucapan ad-dawani dalam syarh al-‘aqoidul ‘adhdiyyah: kelompok yang selamat mereka adalah asya’iroh. juga asy-syanwani dalam hasyiyah mukhtashor ibnu abi jamroh: kelompok yang selamat mereka adalah abul hasan al-asy'ari dan para pengikutnya. begitu pula ibnu ‘ajibah mengatakan dalam al-bahrul madid: ahlussunnah mereka adalah asya’iroh serta orang-orang yang mengikuti mereka dalam aqidahnya. dan masih banyak lagi, sedang az-zabidi mengatakan dalam syarh ihya’i ulumiddin: ketika disebut ahlussunnah wal jama’ah maka yang dimaksud dengan mereka adalah asya’iroh dan maturidiyyah (pengikut abu manshur al-maturidi). Al-maturidi adalah orang yang sealiran dengan al-asy’ari dan mereka sama-sama mengikuti pendahulu mereka yaitu abdulloh bin sa’id bin kullab al-qoththon.
     Secara lebih spesifik disebutkan oleh ibnu ‘asakir dalam kitab tabyini kadzibil muftari tentang ucapan ibnu faurok, salah seorang imam asya’iroh yang masyhur, beliau adalah orang yang pertama kali membawa faham asy’ari ke timur yaitu ke negeri khurosan dan disana beliau terkenal dengan bantahnya terhadap orang-orang karomiyyah, beliau mengatakan: Syeikh abulhasan ‘ali bin isma’il al-asy’ari rodhiyallohu ‘anh berpindah dari faham mu’tazilahnya kemudian membela faham ahlussunnah wal jama’ah dengan pembuktian logika.
     Salah seorang imam asya’iroh lainnya, yaitu asy-syahrostani, juga mengatakan dalam kitab al-milal-nya: Mereka (al-asy’ari dan lainnya) menguatkan pendapat-pendapatnya dengan metode-metode ilmu kalam dan menjadikannya sebagai salah satu aliran dalam faham ahlissunnah wal jama’ah.
     Salah seorang ahli sejarah, yaitu ibnu kholdun mengatakan dalam muqoddimah-nya: banyak dari para imam salaf yang menentang faham menyimpang para kholifah, dimana karena hal ini banyak diantara mereka yang dipenjarakan bahkan ada yang dibunuh, oleh sebab itulah timbul dikalangan ahlussunnah untuk membangkitkan dalil-dalil logis diatas pemahaman salaf ini untuk membantah berbagai macam kebid’ahan yang ada.
     Dari beberapa ungkapan diatas kita bisa mengambil kesimpulan awal bahwa asya’iroh maupun lainnya adalah berpemahaman ahlussunnah wal jama’ah akan tetapi mereka menggunakan metode akal untuk menguatkan pendapat mereka, lantas bagaimana sebenarnya metode ilmu kalam yang mereka gunakan tersebut, sedang dalam banyak riwayat menyebutkan bahwa para imam salaf telah mencela dengan sangat ilmu kalam yang digunakan oleh orang-orang mu’tazilah dan sesamanya, jawabannya insyaAlloh kita akan menelaahnya dalam kajian-kajian mendatang, wa la haula wa la quwwata illa bih.