Para ulama telah membahas permasalahan dengan mengatakan bahwa kedua orang tua Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam, juga kakek beliau, meninggal dalam kekufuran dan akan masuk neraka, ini sesuai dengan perkataan Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam ;
روي عن أنس، أن رجلا قال لرسول الله صلى الله عليه
وسلم: يا رسول الله، أين أبي؟ قال: في النار، قال: فلما قفا دعاه، فقال: إن أبي
وأباك في النار. رواه مسلم
Artinya:
Diriwayatkan dari Anas, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam: wahai Rosululloh, dimana bapakku?
Beliau menjawab: di neraka, (perowi) mengatakan: ketika dia (laki-laki)
berpaling maka Beliau (Nabi) memanggilnya, kemudian berkata:sesungguhnya bapakku
dan bapakmu di neraka. HR. Muslim
Juga
ketika Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam meminta izin kepada Alloh
supaya memperkenankan beliau mengampunkan Ibu Beliau ;
روي عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: استأذنت ربي في أن أستغفر لأمي فلم يأذن لي واستأذنته في أن أزور قبرها فأذن
لي. رواه مسلم
Artinya:
Diriwayatkan dari abu huroiroh, dia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda: Aku meminta izin kepada TuhanKu supaya Dia memperkenankaku
untuk memintakan ampunan untuk IbuKu, akan tetapi Alloh tidak mengizinkanku.
Kemudian aku meminta izin agar diperbolehkan menziarahi kuburnya dan aku
diperbolehkan. HR. Muslim.
Ini adalah kesepakatan para Ulama dengan
tanpa khilaf dan menjadi keyakinan yang harus dipahami dalam ushul aqidah
ahlussunnah wal jama’ah, diantara perkataan-perkataan mereka tersebut adalah ;
- Imam muslim mengatakan dalam jami’-nya:
Dia (Bapak Nabi) tidak akan mendapatkan syafa’at (Nabi), dan hubungan
kekerabatan tidak akan memberikan kemanfaatan kepadanya.
- alBaihaqi mengatakan dalam Dalailun
nubuwwah: Bagaimana mungkin bapak serta kakek Nabi Shollallohu ‘alaihi
wasallam akan seperti ini di akhirat, sedang mereka adalah penyembah
berhala hingga akhir hayat mereka dan mereka tidak mengikuti agama ‘isa bin
maryam? Keadaan mereka tersebut tidak akan merusak nasab Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam, karena pernikahan antar orang kafir adalah sah. Tidakkah
kalian melihat mereka masuk islam bersama istri-istri mereka dan mereka tidak
diharuskan memperbarui akad (nikah), mereka secara otomatis tidak terpisahkan
(talak) selama mereka sepadan (sama-sama masuk islam).
Albaihaqi mengatakan pula dalam assunanil kubro: Sesungguhnya
bapak ibu Beliau Shollallohu ‘alaihi wasallam, mereka berdua adalah
musyrik.
- Abu ishaq
asy-syairozi mengatakan dalam al-isyaroh fi ushuliddin: Sesungguhnya bapak Nabi
Shollallohu ‘alaihi wasallam, serta ibu Beliau adalah di neraka.
- Fakhruddin arrozi (ahli kalam dari
kalangan Syafi’iyyah) mengatakan: Barang siapa mati dalam keadaan
musyrik/menyekutukan Alloh maka dia di neraka, meskipun itu sebelum diutusnya
seorang nabi, karena sesungguhnya orang-orang musyrik di kala itu telah merubah
agama nabi ibrohim dan menggantinya dengan kesyirikan, tidak ada hujjah dari
Alloh yang menyertai mereka, sudah
maklum dari agama para nabi-nabi semuanya, dari awal hingga akhir, bahwa
kesyirikan akan di ancam dengan neraka, serta catatan berita tentang balasan
Alloh kepada mereka di setiap masa, maka hujjah yang nyata bagi Alloh atas kaum
musyrikin di setiap waktu dan keadaan. Jika tidak mereka adalah hamba-hamba
yang telah Alloh fithroh-kan untuk men-tauhid-kan ke-rububiyah-an Nya, karena
menjadi sebuah kemustahilan jika dalam kefithrohan dan akal terdapat tuhan lain,
meskipun Alloh tidak akan meng-adzab sebab ke-fithrohan ini saja, maka tidak
habis-habisnya dakwah para rosul kepada tauhid keseluruh dunia melainkan telah
diketahui penduduknya, kemudian orang yang tetap dalam kesyirikan berhak untuk
di adzab karena menyelisihi dakwah para rosul, mereka kekal didalamnya seperti
kekalnya penduduk surga di surga.
- Annawawi mengatakan
dalam syarh muslim: Sesungguhnya seseorang yang meninggal dalam kekufuran
adalah di neraka dan tidak bermanfaatlah hubungan kekerabatan.
Beliau mengatakan lagi: Sesungguhnya yang meninggal dalam masa
fatroh/ kekosongan Nabi, sedang keadaan orang-orang arab adalah penyembah
berhala, maka mereka adalah ahli neraka, ini bukan alasan karena belum
sampainya da’wah (kepada mereka), akan tetapi sebenarnya telah tersampaikan
da’wahnya ibrohim dan lainnya dari para anbiya’ ‘alaimushsholatu wassalam
kepada mereka.
Beliau mengatakan: Sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam
“Bapakku dan bapakmu di neraka” adalah merupakan etika pergaulan untuk
menghibur dengan dengan sama-sama ditimpa musibah.
- Ibnu katsir mengatakan dalam assiroh
annabawiyyah: Sesungguhnya abdul muthollib meninggal diatas kejahiliyahan.
Beliau
mengatakan pula dalam albidayah wannihayah: Hadits yang menjelaskan tentang
bapak ibu serta kakek Beliau Shollallohu ‘alaihi wasallam adalah ahli
neraka, ini tidak meniadakan/bertentangan hadits yang banyak jalurnya yang
menjelaskan bahwa ahli fatroh, serta anak-anak kecil (yang meninggal), orang-orang
gila dan orang yang bisu tuli, mereka kelak akan di uji pada hari kiamat.
- Arromli kabir ketika ditanya tentang hal
ini mengatakan: Sungguh para ‘Ulama telah sepakat bahwa bapak Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam bukanlah seorang muslim akan tetapi seorang kafir, dia
meninggal sebelum diutusnya Beliau Shollallohu ‘alaihi wasallam, bahkan
sebelum kelahiran Beliau.
Beliau
mengatakan lagi: Sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak akan meng-adzab seseorang
sebelum sampainya ketetapan dengan diutusnya seorang nabi, masa tersebut
dinamakan dengan zaman fatroh, sedang masa antara diutusnya nabi ‘isa dan
diutusnya Nabi kita ‘alahimash sholatu wasallam bukanlah termasuk masa
fatroh, karena sesungguhnya (dimasa itu) banyak orang yang menyembah dengan
syari’at nabi ‘isa hingga di hapus dengan syari’at Nabi kita ‘alahimash
sholatu wasallam, dan bapak Beliau termasuk orang musyrik yang menyembah
berhala, dikala banyak orang yang menyembah dengan syari’at nabi ‘isa ‘alaihis
salam, oleh karena itulah para imam-imam kita (‘ulama) mengatakan bahwa
barang siapa bapaknya beragama yahudi sebelum diutusnya nabi ‘isa ‘alaihis
salam, maka dia tidak dikenakan jizyah/pajak, karena bapaknya tersebut
berpegang dengan agama yang bathil.
Demikian beberapa
perkataan para Ulama tentang status orang tua Nabi Shollallohu ‘alai
wasallam, terutama mereka dari kalangan ashhab syafi’iyyah. Tentu ini
sangat mengagetkan buat kita terutama bagi kita yang baru mengenal pemahaman
ini, bahkan alqostholani mengatakan bahwa orang yang mengatakan kedua orang tua
Nabi dengan demikian maka sungguh dia telah menyakiti dan merendahkan Nabi, lebih
lagi ketika azzarqoni almaliki mensyarahi perkataan alqostholani ini menambahinya
dengan mengatakan bahwa barang siapa telah menyakiti Nabi maka sungguh ia telah
kufur, fal ‘iyadzu billahi min dzalik! Akan tetapi ini tentunya
perlu sangat untuk dimaklumi karena kita sangat menjaga kemulyaan nasab Nabi
kita Shollallohu ‘alaihi wasallam, dan ini pemahaman umum dikalangan
kita masa ini. Diantara ‘ulama yang yang menyelisihi pemahaman sebagaimana yang
telah kami sebutkan diatas dan menjadi acuan mayoritas kaum muslimin kala ini
adalah assuyuthi yang mengatakan bahwa kedua orang tua Nabi Shollallohu
‘alaihi wasallam tidaklah kafir dan termasuk ahli surga, untuk menguatkan
pandangan beliau ini beliau menulis beberapa risalah yang banyak sekali seperti
yang beliau beri judul atta’dzim wal minnah, kemudian addurujul munifah,
assubulul jaliyah, almaqomatus sundusiyyah, masalikul hunafa dan nasyrul
‘ilmainil munifain. Sebelumnya adalah ibnu nashiruddin addimasyqi dalam jami’ul
atsar dan dikuatkan oleh alqostholani dalam almawahib, kemudian diikuti oleh
ibnu hajar alhaitami dalam syarh alhamziyyah dan albaijuri dalam hasyiyyah-nya
tehadap kitab jauharotut tauhid dari kalangan ashhab syafi’i, kemudian baru
ulama-ulama belakangan yang banyak sekali.
Kali ini kami tidak akan menjelaskan bantahan-bantahan para ‘Ulama
terhadap pandangan assuyuthi dan lainnya tersebut, karena itu akan memakan
banyak waktu sebagaimana pernah kami lakukan dalam hukum selamatan, kecuali
jika Alloh nanti perkenankan, akan tetapi kami berharap bahwa nukilan-nukilan
kami dari penjelasan para ‘Ulama di atas dapat memberikan sedikit jawaban soal
itu, seperti status seseorang di masa fathroh, nanti ada pendapat yang
mengatakan bahwa bapak Nabi dalam hadits di atas adalah sebenarnya adalah paman
Beliau, juga ada tentang kisah bahwa kedua orang tua Nabi sebenarnya telaah
dihidupkan kembali oleh Alloh dan mereka masuk islam, mereka selamat berkat
kemuliaan Beliau Shollallohu ‘alaihi wasallam, dan masih banyak lagi syubhat-syubhat
lainnya, disini kami hanya akan mencukupkan diri dengan menukil perkataan
syihabuddin arromli alkabir yang mengatakan :
Mereka mengikuti pandangan syi’ah !!
Terakhir, sebagai nasihat terutama bagi
diri kami sendiri, cinta adalah perwujudan iman, cinta menumbuhkan
perasaan-perasaan atas yang dicintai, ikut gembira dan bahagia atas kegembiraan
dan kebahagian yang dicintai, begitu pula sedih dan susah atas kesedihan dan
kesusahan yang menimpa yang dicintai, gembira ketika bertemu dengannya dan
bersedih ketika berpisah dengannya, oleh karena itu sikap dan adab kita setelah
kita mengetahui atas kabar yang telah disampaikan kepada baginda Nabi
shollallallohu ‘alaihi wasallam diatas adalah ikut merasakan atas apa yang
dirasakan oleh Beliau dan tidak terus menerus mengungkit-ungkitnya sehingga
seakan-akan kalau Beliau mendengarnya akan memunculkan kembali kesedihan pada
diri Beliau, sebagaimana yang dilakukan oleh para ‘Ulama ketika membicarakan
masalah ini mereka menyampaikannya seperlunya saja dan tidak memperpanjang
lebarkan apalagi hanya untuk bahan perdebatan, Wallaohu a’lam.
فنسأل الله الإعانة والإخلاص
والرضا، ونسأل الله أن يوفقنا للحق، وأن يشرح صدورنا له، وأن يرزقنا اتباعه